Show simple item record

dc.contributor.authorAndrean, Denny
dc.date.accessioned2025-12-16T07:16:47Z
dc.date.available2025-12-16T07:16:47Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttps://repository.itsi.ac.id/handle/123456789/36
dc.description.abstractsatu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat diminati, sekali tanam kelapa sawit dapat dipanen hingga 25 tahun. Panen yang dilakukan dengan menerapkan ketentuan fraksi akan diperoleh kualitas minyak bagus dengan rendemen tinggi dan kadar asam lemak bebas yang rendah. Semakin matang tandan, semakin berpotensi losses akibat bantingan dari pohonnya. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Socfin Indonesia Kebun Bangun Bandar yang terletak di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, berlangsung pada bulan November sampai Desember 2023. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung (pengumpulan data primer) dan menggunakan Rancangan Ancak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu tingkat kematangan (asas) dan dua tahun tanam. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan masing-masing perlakuan terdapat 30 sampel. Analisis rendemen CPO dengan 3 sampel tandan pada setiap perlakuan jadi total sampel 12 tandan. Hasil pengamatan diolah dengan Analysis Of Variance (ANOVA), kemudian jika berbeda nyata dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) (5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan panen berpengaruh nyata terhadap jumlah brondolan sebelum dan sesudah diegrek. Pada tingkat kematangan 5-10 brondolan, jarak lontaran brondolannya 254,1 cm, lebih tinggi dibandingkan tingkat kematangan 1-4 brondolan yang hanya sejauh 175,4 cm. Tingkat kematangan 1-4 brondolan memerlukan waktu pengutipan lebih cepat, potensi losses lebih rendah, namun persentase losses lebih tinggi dibandingkan tingkat kematangan 5-10 brondolan. Sedangkan pada perlakuan tahun tanam, tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah brondolan sebelum dan sesudah diegrek serta waktu kutip brondolan. Tinggi bantingan pada tahun tanam 2010 adalah 7,6 m, lebih tinggi daripada tahun tanam 2014 yang hanya 6,2 m. Potensi losses pada tahun 2010 lebih tinggi, tetapi persentase losses lebih rendah dibandingkan tahun tanam 2014. Tidak ada pengaruh nyata pada interaksi perlakuan terhadap masingmasing parameter. OER (Oil Extraction Rate) tertinggi diperoleh pada interaksi tahun tanam 2010 dan 2014 dengan tingkat kematangan 5-10 brondolan.en_US
dc.publisherInstitut Teknologi Sawit Indonesiaen_US
dc.relation.ispartofseriesNIM;2001009
dc.subjectKelapa Sawiten_US
dc.titlePENGARUH TINGKAT KEMATANGAN TERHADAP LONTARAN BRONDOLAN PANEN KELAPA SAWIT PADA DUA TAHUN TANAM BERBEDAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record